1 Jun 2013

Akibat Game Online

 


    Libur telah tiba. Rahmat dan teman-temannya sangat senang karena dia bisa bermain Game Online sepuasnya. Rahmat menghabiskan liburannya dengan bermain Game Online di rumah Pak Hadi hingga malam hari, bahkan dia menginap disana. 
      Suatu hari ketika Rahmat pergi untuk bermain Game Online, dia bertemu dengan seorang temannya yang bernama, Fahri. Pada saat itu Fahri menghampiri Rahmat, rencanannya Fahri ingin mengajak Rahmat untuk taruhan bermain Game Online. Jika salah satu dari mereka kalah, dia harus membayar dengan uang sebesar Rp.50000 ke salah satu mereka yang menang. 
Akhirnya Rahmat menyetujui hal itu. Lalu mereka langsung pergi ke rumah Pak Hadi untuk bermain game. 
            “Bermain apa kita hari ini?” Kata Rahmat kepada Fahri. “Terserah kamu saja, aku sih ikut aja” Jawab Fahri dengan lagaknya yang sombong. Yah, bisa diakuilah Fahri emang jago soal game. “kita bermain Point Blank aja, bagaimana?” Tanya Rahmat. “Hmm, okelah” Jawab Fahri. 
          Waktu demi waktu. Jam pun mulai menunjukkan pukul satu siang yang berarti dia harus sudah berhenti bermainnya. Jika belum dia harus membayar denda kepada Pak Hadi karena kesepakatan Rahmat dengan Fahri hanya cukup sampai dengan jam satu siang. “Oke, aku mengaku salah. Nih uangnya” Kata Rahmat dengan muka yang agak kecewa karena dia kalah dalam taruhan yang disepakatinya. “Kapan kita taruhan lagi? Akan aku buktikan, kalau emang aku jago bermain game” Kata Rahmat dengan penuh kesombongnya. “Sombong sekali kamu! Tapi jika kamu ingin taruhan lagi besok akan aku tunggu disini jam sembilan pagi, bagaimana?” Jawab Fahri dengan mengambil sepedanya yang diparkirkan disebelah rumah Pak Hadi. “Oke aku setuju, aku pulang duluan ya” Jawab Rahmat. Rahmat segera pulang kerumah, karena ibunya sudah menunggu. Jika dia belum pulang sampai jam dua siang, pintu pagar akan dikunci dan dia tidak boleh masuk kerumah, itulah akibatnya karena Rahmat dua hari yang lalu tidak pulang kerumah dan dia menginap di rumah Pak Hadi karena keasyikan main. 
            Waktu yang ditunggu-tunggu Rahmat dan Fahri pun telah tiba. Rahmat mengayuh sepedanya dengan kuat karena waktu sebentar lagi menujukkan pukul 08.55 yang berarti 5 menit lagi menujukkan pukul 9 pagi. Ketika Rahmat tiba di rumah Pak Hadi, Fahri sudah berdiri dengan memakai kaos bergambar monster yang memang lagi tren didaerah mereka. “Jadi taruhan kah?” Tanya Fahri. “Jadi lah, sekarang kamu deh yang milih gamenya. Kemarin kan sudah aku, sekarang giliran kamu aja” Jawab Rahmat dengan muka santai dan penuh yakin dia bakal menang. “Okelah” Kata Fahri.
            Akhirnya Rahmat kalah sedikit dengan Fahri. Mungkin jika dia berkonsentrasi penuh mungkin akan menang. Rahmat daritadi memang terganggu dengan telepon genggamnya yang ada di dalam sakunya yang berkali-kali getar dan ketika dia membuka telepon genggamnya itu ternyata yang menelepon adalah ibunya. Dia sangat panik karena waktu sudah menunujukkan pukul lima sore dan langit pun sudah berubah menjadi suasana sore, langit berwarna orange, dan sebentar lagi matahari akan terbenam. “Aku pulang duluan ya. Aku buru-buru nih” Kata Rahmat sambil membereskan kaset game yang berada didepannya. “Hey, kamu belum kasih aku uang Rp.50000 sesuai perjanjian kita!” Kata Fahri kesal. “Oh ya, lupa. Nih uangnya. .” Kata Rahmat.
            Rahmat mengayuh sepedanya dengan cepat dan dia hampir saja menabrak mobil yang ada didepannya. Dan ternyata benar, pagar rumahya sudah dikunci dan Rahmat tidak akan masuk kerumahnya sebab dia pulangnya sore. Rahmat sudah berkali-kali menelepon ibunya tetapi tetap saja tidak diangkat. Akhirnya Rahmatpun rela menunggu hingga esok hari didepan rumahnya itu. 
         Waktu sudah malam, belum juga pintu pagar dibuka. Langit semakin mendung dan suara petirpun semakin keras. Rahmat ketakutan, dia sekarang hanya bisa berdoa kepada Allah. “Ya Allah, aku tau aku salah. Tapi jika ini adalah hukumanmu untukku. Aku akan lakukan dengan ikhlas Ya Allah”. Setelah itu, aku mendengar suara membuka kunci dari balik pagar dan ternyata Ibunya. Rahmat langsung memeluk Ibunya dengan mengeluarkan air Mata. “Ibu, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. dan aku berjanji akan menuruti kemauan ibu, sebab tanpa ibu aku tidak akan lahir didunia ini” Kata Rahmat kepada Ibunya. “Ibu hanya ingin kamu menjadi contoh adik-adikmu. Ibu ingin kamu menjadi pengganti Ayahmu. Anak laki-laki dirumah ini hanya kamu seorang, Nak” Kata Ibu yang mengeluarkan air mata saat melihat aku diluar dan kedinginan karena hujan tuun dengan lebat. “Iya Bu, aku mengerti. Aku akan belajar lebih giat lagi, dan akan membuat Ibu bangga terhadapku dan akan melihat senyuman Ibu saat aku sukses nanti”


0 comment:

Posting Komentar